this is my story
Aku Terlalu Bermimpi
Titik air diatas daun menjadi titik
awal mentari pagi ini, aku terlalu bahagia untuk memulai semua dan melihat mu
kembali walau kadang mendapat nol besar setelah mentari terik namun selalu
tersenyum saat mentari terbit di pagi, satu alasan satu jawaban, mengapa
begitu? Mengapa harus dia? Padahal tak selamanya aku mendapatkan senyum
darinya, tak selamanya aku dapat kata indah darinya walaupun itu hanya sapaan
singkat dengan senyuman basa-basi? Tapi mengapa harus karna dia aku tersenyum,
tapi mengapa harus karna dia aku berharap? Harusnya aku pegang kata-kata ku
dulu bahwa dia hanya layang-layang putus yang jika terbawa angin terlalu tinggi
maka aku tak bisa menjangkaunya. Aku hanya seorang sederhana untuk kau yang
istimewa. Aku hanya seorang yang biasa untuk kau yang luar biasa. Aku selalu
tanya hati saat pagi menjelang mengapa aku selalu bahagia namun harap ku
sedikit memudar namun kembali tersenyum ketika aku ingat akan bertemu walau tak
ada senyum, walau tak ada sapa dari mu, aku tak mengapa. Aku mencintaimu
dia-diam maka aku takan mengusikmu aku kan merelakan mu pun diam-diam. Aku rasa
kau ada namun kau tak tampak kau hanya bayangan namun kau nyata. Atau mungkin
aku yang terlalu pecundang untuk memulai semua, terlalu munafik untuk mengakui
rasa yang tak ingin terikat.
Aku selalu bermimpi untuk sekedar
menyapa dan tersenyum, aku masih terus bermimpi untuk mendapatkan hati mu, sangat
besar harap ku sangat tinggi angan ku, namun sesekali ku tak ingin menyebut
nama mu kau terlalu munafik untuk mengakui ku, kau terlalu takut tuk senyum
dengan ku, selalu begitu, bagai bintang tersembunyi dalam awan mendung malam
hari . jika memang kau takut hujan untuk menciptakan pelangi maka biarlah terik
kemarau hati terus terjadi, jika kau tak ingin dekat jangan beri setetes airpun
untuk ku, lalu apa? begitu sakit dan menyayat namun aku selalu mencuri senyummu
aku selalu mencuri pandangan mu, begitukah cara ku mencitaimu atau itu cara mu
acuhkan aku ? aku takan meminta jawaban karna aku sendiri terlalu menjadi
pengecut untuk sekedar bertanya.
Aku fikir aku harus mengalah lalu
mundur namun aku kembali bertahan, begitu terus menerus bagai tiang tak memiliki
pondasi tergoyah oleh rasa sayang yang tak berwujud. Aku akan menemukan
jawabanya nanti , akan ku temukan sendiri setelah aku sadar jika aku telah
terluka. Aku berangan untuk melihat bintang dilangit cerah lalu memiliki
harapan, dalam hati ku menjawab mungkin dia bukan adam ku, mungkin dia bukan
imamku, aku kembali tersenyum akan jawaban ku sendiri namun ku sadari itu
terlalu pahit tuk direnungi. Terik siang menemani waktu-waktu kembali pada alur
kehidupan terus begitu berjalan layak takdir dan menerjang kegundahan bahwa aku
harus tersenyum jika memang ia bukan untuk ku.
Aku memang belum beruntung untuk
sekedar menyapamu dalam angan, aku masih belum beruntung untuk sekedar berharap
pada hatimu, aku memang sedikit munafik terlalu menganggapmu tak penting namun
kau yang utama, terlalu menganggapmu tak punya hati namun hatimu terus ku coba
untuk ku genggam walau itu hanya angan, selalu seperti itu? Terus seperti itu
namun apa? Logika ku terlalu lemah untuk menyadari bahwa aku terluka dan harus
mengalah. Kapan aku harus menyerah, dan kapan aku akan terjatuh? Begitu
pertanyaan untuk rasa dalam kalbu, mungkin nanti aku akan menyerah , mungkin
aku akan terjatuh setelah aku coba untuk menang, mungkin nanti setelah ku coba
lagi untuk bertahan, begitukah? Lalu untuk apa harap ku seperti itu harap yang
terus kosong namun harap itu selalu kalah pada yakin ku, bahwa aku akan
tersenyum dengan mu kelak ☺
Senin ini aku kembali bermimpi mendapat
senyuman darinya, aku tak bersemangat akan hal itu. mungkin aku telah lelah
tapi aku bohong. Hari ini aku mendapat suatu kata bahwa kata mereka sejarah itu
waktu, sejarah itu masa lampau, sejarah itu adalah satu detik yang lalu namun untuk ku sejarah itu kamu. Tapi kata
kamu di atas aku tak tau sejarah yang manis ataukah sejarah yang getir. Tanya
ku dalam qolbu, lagi-lagi jawabanya seperti bayang mu dalam hari ku,
samar-samar namun nyata. Ahkk apa ini?? bagaimana bisa bayangan yang
samar-samar itu nyata adanya, aku mungkin bermimpi lagi.!! Tapi tak apa toh
mimpi ku bersama mu...(senyum manis)
Bosan dengan senyum yang selalu dingin,
aku bahkan jenuh dari rasa nyaman yang selama ini ku diami. Aku berharap tanpa
berbuat apapun. Aku bahkan takut mengungkap semua, jadi teringat kicauan bang
zafran bahwa tidak ada cinta yang tidak diungkapkan kecuali oleh orang yang
terlalu mencintai dirinya sendiri.
Mentari pagi datang lagi, tersenyum
sengak sedikit pada gadis yang terdiam di telan pagi. Teriknya lumayan membuat
ku hampir menyerah. Mentari, taukah engkau kini ku memang benar-benar telah
lelah aku kini menemukan jawabannya. Jawaban dari setiap pertanyaan gundah
hatiku. Jawabannya memang terlalu menusuk, aku menyerah namun aku tidak kalah.
Aku tak kalah namun aku jua tak menang. Aku menjadi seorang yang menang dalam
kekalahan ku sendiri. Ia pergi tanpa aku, ia datang namun bukan untuk aku.
Terlalu rumit memang namun nyatanya aku tak bisa tersenyum melihat ia tersenyum
, yang senyumnya bukan untuk aku.
Ahk terlalu egois bukan ? tapi itu
nyata aku tak mau jadi munafik. Yang berpura-pura bahagia ketika kau bersama
hati yang lain. Aku akan diam jika memang aku harus diam. Bukankah itu janjiku
merelakan mu diam-diam.
Komentar
Posting Komentar