MAKALAH
PENGEMBANGAN INSTRUMENT EVALUASI
TES
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Nurma Herlina,S.Pd
Disusun:
Siti
nur amama (120641154)
Devi
Nurjannah (120641157)
Kelas
: E.4
PROGRAM
STUDY S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini dibuat dengan maksud
untuk memenuhi tugas Evaluasi Pembelajaran yang diberikan oleh ibu
Nurma Herlina,S.Pd di prodi PGSD.
Shalawat serta salam tercurahkan
kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW beserta dosen, sahabat serta umatnya
dan senantiasa setia hingga akhir zaman.
kami menyadari makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun bentuk penulisannya, karena
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Seperti pepatah yang mengatakan “tak
ada gading yang tak retak” . Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Penyusun
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam
kegiatan evaluasi. Salah satunya adalah tes. Istilah tes hanya populer di
lingkungan persekolahan, tetapi juga diluar sekolah bahkan dimasyarakat umum.
Kita sering mendengar istilah tes kesehatan, tes olahraga, tes makanan, tes
kendaraan, dan lain-lain. Disekolah juga sering kita dengar istilah pretes,
protes, tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya. Disekolah, tes ini sering
juga disebut dengan tes prestasi belajar. Tes ini banyak digunakan untuk
mengukur prestasi belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
P Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal
sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri. Artinya, tes
mempunyai makna tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dlaam
pembelajaran.Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Pengembangan Instrumen
Evaluasi Jenis Tes”.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengembangan tes bentuk ujian?
2.
Apa yang di maksud dengan pengembangan tes perbuatan?
3.
Bagaimana pengembangan tes bentuk objektif?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengembangan tes bentuk ujian?
2.
Mengetahui pengembangan tes perbuatan?
3.
Untuk mengetahui pengembangan tes bentuk objektif?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan Tes Bentuk Ujian
Menurut sejarah, yang ada lebih dahulu adalah bentuk
uraian. Mengingat bentuk uraian ini banyak kelemahannya, maka para pakar
pendidikan, kurikulum dan psikologi berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang
lain, yaitu tes objektif. Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan,
maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu:
a)
Uraian Terbatas
Dalam
menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan
hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya.
b)
Uraian bebas
Dalam bentuk
ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika
sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
1.
Bentuk Uraian Objektif (BUO)
Bentuk
uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumus yang relatif lebih
pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Sekalipun pemeriksa
berbeda, tetapi dapat menghasilkan skor yang relatif sama.
Adapun langkah-langkah pemberian
skor soal bentuk uraian objektif adalah:
a.
Tuliskan semua kata kunci atau
kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
b.
Setiap kata kunci yang dijawab benar
diberi skor 1. Tidak ada skor setengah untuk jawaban yang kurang sempurna.
Jawaban yang diberi skor 1 adalah jawaban yang sempurna. Jawaban yang lain
adalah nilainya 0.
c.
Jika satu pertanyaan memiliki
beberapa subpertanyaan, perincian kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi
beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan skornya.
d.
Jumlahkan skor dari semua kata kunci
yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Jumlah skor ini disebut dengan skor
maksimum.
2.
Bentuk Uraian non Objektif (BUNO)
Bentuk soal
seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama dengan rumusan jawaban uraian
bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan
(menguraikan dan memadukan) gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraina tertulis sehingga dalam penskorannya sangat memungkinkan
adanya unsur subjektivitas.
Adapun
langkah-langkah pemberian skor untuk
soal bentuk uraian non objektif ini adalah sebagai berikut:
a.
Tulislah garis-garis besar jawaban
sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b.
Tetapkan rentang skor untuk setiap
kriteria jawaban.
c.
Pemberian skor pada setiap jawaban
bergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta didik.
d.
Jumlahklan skor-skor yang diperoleh
dari setiap kriteria jawaban sebagai skor peserta didik.
e.
Periksalah soal untuk setiap nomor
dari semua peserta didik sebelum pindah ke nomor soal yang lain.
f.
Jika setiap butir soal telah selesai
diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik untuk setiap soal.
Kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai tiap soal =
g.
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh
dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir dari suatu perangkat tes
yang diberikan.
3.
Metode Pengoreksian soal Bentuk
Uraian
Untuk
mengoreksi soal bentuk uraina dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode
per nomor, metode per lembar dan metode bersilang.
a.
Metode pernomor
Disini guru mengoreksi hasil jawaban
peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya, guru mengoreksi nomor satu untuk
seluruh peserta didik, kemudian nomor dua untuk seluruh peserta didik dan
seterusnya.
b.
Metode per lembar
Disini guru mengoreksi setiap lembar
jawaban peserta didik mulai dari nomor satu sampai dengan nomor terakhir.
c.
Metode bersilang
Guru mengoreksi jawaban peserta
didik dengan jalan menukarkan hasil koreksi seorang korektor kepada korektor
yang lain. Dengan kata lain, jika telah selesai dikoreksi oleh seorang
korektor, lalu dikoreksi kembali oleh korektor yang lain.
Disamping
metode-metode diatas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk
uraian, yaitu analytical method dan sorting method.
a. Analytical method
Yaitu suatu cara untuk mengoreksi
jawaban peserta didik dan guru sudah menyiapkan sebuah model jawaban, kemudian
dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsur yang terpisah dan pada setiap
langkah disediakan skor-skor tertentu.
b. Sorting method
Yaitu metode memilih yang
dipergunakan untuk memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi
menjadi unsur-unsur. Jawaban-jawaban peserta didik harus dibaca secara keseluruhan.
4.
Analisis Soal Bentuk Uraian
Ada dua cara
yang dapat dilakukan untuk menganalisis soal bentuk uraian. Pertama, secara rasional, yang dilakukan
sebelum tes itu digunakan/di uji cobakan seprti menggunakan kartu telaah. Kedua, secara empiris yaitu menganalisis hasi ujian
atau hasil uji coba secara kuantitatif.
5.
Daya Pembeda Soal
Daya pembeda
soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang
pandai (kurang/tidak menguasai materi). Logikanya adalah peserta didik yang
pandai tentu akan lebih mampou menjawab dibandingkan dengan peserta didik yang
kurang pandai.
6.
Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat
kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks.
B.
Pembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering juga disebut dengan tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0.
Disebut tes objektif karena penilaiannya akan sama karena kunci jawabannya
sudah jelas dan pasti.
1.
Benar Salah
Bentuk tes
benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban,
yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya
mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan cara seperti
yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal.
2.
Pilihan Ganda
Soal tes
bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesisi, dan evaluasi.
3.
Menjodohkan
Soal tes
bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-pilihan ganda.
Perbedaanya dengan bentuk pilihan ganda adalah pilihan ganda terdiri dari stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap paling tepat,
sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban
yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri
menunjukan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukan kumpulan
jawaban.
4.
Jawaban Singkat dan Melengkapi
Kedua bentuk
tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka
yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat
biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut
berupa suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata ,
prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.
C.
Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari
peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes
lisan dapat berbentuk seperti berikut:
1.
Seorang guru menilai seorang peserta
didik
2.
Seorang guru menilai sekelompok
peserta didik
3.
Sekelompok guru minilai seorang
peserta didik
4.
Sekelompok guru menilai sekelompok
peserta didik.
D.
Pengembangan Tes Perbuatan
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang
menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stigins (1994)
mengemukakan “tes tindakan adalah suatu
bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan kegiatan khusus
dibawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat
keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan.
Tes-tes semacam inilah
yang dimaksud dengan tes perbuatan atau tindakan. Tes tindakan sebagai
sutu teknik evaluasi banyak digunakan hampir setiap mata pelajaran, seperti
olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, kesenian, dan
sebagainya. Tes tindakan dapat dilakukan
secara kelompok dan individual. Secara kelompok berarti seseorang guru
menghadapi sekelompok peserta didik,
sedangkan secara individual berarti seseorang guru menghadapi seorang peserta
didik. Tes tindakan sangat bermanfaat
untuk mempelajari kemampuan atau perilaku peserta didik, karena secara objektif
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur
sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik selanjutnya.
Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tes tindakna adalah sebagai
berikut:
1.
Satu-satunya teknik tes yang dapat
digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan
menggunakan komputer, keterampilan menggambar dan sebagainya.
2.
Sangat baik digunakan untuk
mencocokan antara pengetahuan teori dan keterampilan praktik, sehingga hasil
penilaian menjadi lengkap.
3.
Dalam pelaksanaanya tidak
memungkinkan peserta didik untuk menyontek.
4.
Guru dapat mengenal lebih dalam
tentang karakteristik masing-masing peserta didik sebagai dasar tindakan lanjut
hasil penilaian, seperti pembelajaran remidial.
Adapun kelemahan atau kekurangan dari tes tindakan ini adalah sebagai berikut:
a.
Memakan waktu yang lama
b.
Dalam hal tertentu membutuhkan biaya
yang besar
c.
Cepat membosankan
d.
Jika tes tindakan sudah menjadi
sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunayi arti apa-apa lagi
e.
Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga, maupun
biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, maka hasil penilaian tidak
dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami
simpulkan bahwa Istilah tes berasal dari
bahasa Prancis, yaitu testum, berarti
piring yang digunakan untuk memilih
logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, tanah dan sebagainya. Tes objektif sering juga disebut dengan tes
dikotomi karena jawabannya antara
benar atau salah dan skornya antara 1
atau 0.
Disebut tes objektif karena penilaiannya akan sama
karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.
B. Saran
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1995. Pedoman Proses BelajarMengajar di SD.
Jakarta: ProyekPembinaanSekolahDasar.
Evaluasi Pembelajaran
Prinsip-Tekhnik-Prosedur,
Komentar
Posting Komentar